Sabtu, 24 Desember 2011

E-

sore itu..

aku duduk disudut ruangan yang berbentuk setengah lingkaran. memandangi buku catatanku yang sudah kusut karena aku bolak-balik sedari tadi. belajar. tapi tidak fokus. aku melihat sesosok, yang mungkin jika aku boleh berlebihan, aku sebut dia pangeran. hey kamu, iya kamu pangeran. kamu mengacuhkanku disini. aku menikmati sore itu, melihatmu dari sudut ruangan walaupun kamu pun tidak menanggapi pandanganku. tapi mungkin lebih baik begitu, aku belum siap jika tiba-tiba kamu membalas tatapanku dengan mata dinginmu. mungkin aku bisa mati seketika sore itu.

biarlah. aku memegang bukuku sembari mencuri pandang kepadamu. melihatmu tertawa lepas bersama teman-temanmu. melihatmu berbincang asik dengan gadis itu. melihat caramu menatap gadis itu. biarlah. biar aku rasakan sendiri sakitnya diacuhkanmu. 

aku tidak mengenalmu. kamu pun begitu. aku hanya tau kamu, dan mungkin kamu juga tau aku. tapi kamu tidak cukup peduli untuk tau lebih dalam tentang aku. kamu tidak butuh untuk lebih akrab dengan aku. ya, begitulah..

aku hanya tau kamu dari orang lain. mereka bilang kamu sombong. cuek. moody. ah! buat aku kamu impian.
hey, kamu ingat kita pernah satu ruangan? ah pasti tidak terfikir olehmu.. saat itu kita debat bahasa inggris. tentu saja diamati pak tua itu, bapak tua yg kerjanya hanya memberi kita nilai D C B dan jika beruntung  diberi nilai A. yah sudahlah, abaikan bapak tua itu.

aku senang melihatmu. kamu tampak pintar dengan bahasa inggrismu yang lancar bahkan lebih lancar dari jalur busway (lah). sejak itu aku mengagumimu. ah. aku tampak bodoh karena menyenangi mu. kita dekat. tapi kamu tetap acuh, tak peduli siapa aku yang hanya duduk berjarak sekitar 500 langkah kaki semut denganmu. 

hey kamu. tak bisakah menyapaku? sekedar mengucap, "HEY !" apa itu sulit?
aku masih duduk disudut ruang itu, duduk dibawah hembusan AC yang aku pikir sore itu dia sangat dingin. sedingin kamu yang membekukan hatiku (iish). 
aku duduk diam. dan kamu hanya jalan melewatiku. tanpa mengucap sepatah katapun. hanya untuk menoleh pun kamu enggan. hey, apa kamu tuli? kamu tidak mendengar suara berisik dari hatiku? aku berteriak memanggilmu.

"HEY ! HEY ! HEY !"
ingin sekali aku menendang bokongmu agar kamu menoleh kearahku. senyumlah sedikit untukku pria pintar. ah, sudahlah.. percumah..
ini bodoh. terlalu bodoh. bodoh untuk memendam semuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar